Kisah Teladan
TABAYYUN / "HADITS IFKI" BERITA BOHONG
Dalam sejarah hidup Rasulullah SAW., ada sebuah peristiwa yang sangat mengganggu keharmonisan rumah tangga beliau dengan salah seorang istrinya, yaitu Aisyah RA.
Peristiwa tersebut bermula ketika Aisyah RA., ikut bersama Rasulullah SAW., dalam sebuah perjalanan. Ketika sedang bersistirahat, tiba-tiba Aisyah RA keluar dari tandu yang dibawa oleh beberapa orang sahabat untuk sebuah keperluan. Setibanya di tandunya setelah menyelesaikan hajatnya, Aisyah RA., baru menyadari bahwa kalungnya hilang. Akhirnya, ia pun kembali ke tempat ia melaksanakan hajatnya tadi. Setelah mencari ke sana kemari, akhirnya kalung itu pun ditemukan. Ia pun kembali ke tempat tandunya. Betapa terkejutnya Aisyah RA., ketika mendapati tempat tersebut telah sepi. Ternyata Rasulullah SAW., dan para sahabat yang ikut dalam rombongan tersebut sudah meninggalkan tempat itu. Para sahabat yang memikul tandu itu pun mengira bahwa Aisyah RA sudah ada di dalamnya sehingga mereka tanpa berpikir panjang langsung mengikuti Rasulullah SAW.
Dalam kondisi bingung, Aisyah RA., duduk sendirian di tempat itu, hingga akhirnya kantuk pun menyerangnya. Ia tertidur hingga beberapa saat. Tidak lama berselang, datanglah Shafwan bin al-Mu'aththal di belakang rombongan Rasulullah SAW., dan menjumpai Aisyah RA., sedang tertidur. Shafwan pun ber-Istirja (Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji'un). Mendengar ada orang mengucapkan kalimat tersebut, Aisyah yang sedang tertidur tiba-tiba bangun. Tanpa berucap sepatah kata pun, Shafwan segera mendudukkan untanya agar Aisyah RA bisa menaiki unta, Shafwan menuntun unta tersebut untuk menyusul rombongan Rasulullah SAW.
Peristiwa yang singkat itu menyebar cepat sampai ke telinga orang-orang munafik, adalah Abdullah bin Ubay bin Salul, seorang pentolan munafik pada masa itu, yang kemudian dengan gencar mengembuskan fitnah bahwa istri Rasulullah SAW., Aisyah RA telah berselingkuh dengan Shafwan bin al-Mu'aththal.
Peristiwa tersebut dikenal dengan istilah "Hadits al-Ifki", yaitu berita bohong. Berkaitan dengan isu yang sedang berkembang tentang Aisyah RA tersebut, tidak sedikit sahabat nabi yang mempercayainya. Bahkan, Rasulullah SAW., sendiri cukup resah dengan beredarnya berita miring tersebut. Sampai-sampai sikap Rasulullah SAW., kepada Aisyah pun berubah tidak seperti biasanya.
Ketika Aisyah sakit, Rasulullah yang datang menjenguknya hanya sekedar menanyakan tentang kabarnya. Tidak ada sikap mesra seperti biasanya. Aisyah pun merasa janggal dengan sikap Rasulullah tersebut. Pada saat itu Aisyah tidak tahu-menahu tentang kabar yang beredar mengenai dirinya dan Shafwan. Sa,pai pada suatu waktu salah seorang saudaranya memberitahukan hal tersebut.
Setelah mendengar penjelasan dari saudranya itu, sakit yang dideritanya semakin parah. Ia menangis terus menerus sepanjang hari seraya berdoa untuk memohon kepada Allah SWT agar diberi jalan keluar atas persoalan yang sedang menimpanya tersebut.
Allah SWT pun menjawab doa Aisyah tersebut dengan menurunkan firman-Nya, : Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat Balasan dari dosa yang dikerjakannya. dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar[1031].
mengapa di waktu kamu mendengar berita bohon itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata."
mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Olah karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi Maka mereka Itulah pada sisi Allah orang- orang yang dusta.
Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu.
(ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal Dia pada sisi Allah adalah besar.
dan mengapa kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu: "Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha suci Engkau (ya Tuhan kami), ini adalah Dusta yang besar." Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman. dan Allah menerangkan ayat-ayatNya kepada kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang Amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui. dan Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua, dan Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar). Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS AN-NUR [24]:11-21).
mengapa di waktu kamu mendengar berita bohon itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata."
mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Olah karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi Maka mereka Itulah pada sisi Allah orang- orang yang dusta.
Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu.
(ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal Dia pada sisi Allah adalah besar.
dan mengapa kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu: "Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha suci Engkau (ya Tuhan kami), ini adalah Dusta yang besar." Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman. dan Allah menerangkan ayat-ayatNya kepada kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang Amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui. dan Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua, dan Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar). Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS AN-NUR [24]:11-21).
Setelah turun ayat yang membersihkan diri Aisyah juga membersihkan Shafwan dari segala tuduhan keji orang-orang kafir dan munafik, barulah Rasulullah SAW., merasa tenang dan kembali menjalani hidup bersama Aisyah RA dengan penuh cinta dan kasih sayang.
Comments
Post a Comment